Selasa, 04 April 2017

thumbnail

Tafsir Surat Al-Fatihah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
🔸“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”


🔹Para ulama’ menjelaskan bahwa basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) yang diturunkan pada awal setiap surat adalah untuk menunjukkan kepada para hamba bahwa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat tersebut adalah kebenaran, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjamin akan memberikan segala janji dan kebaikan yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala sampaikan di dalam surat tersebut. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 1/113.)
🔹Basmalah termasuk ayat dari Al-Qur’an, namun basmalah bukan termasuk bagian dari surat Al-Fatihah. (Tafsirul Qur’anil Karim: Juz ‘Amma, 10.)
🔹Basmalah diturunkan sebagai pemisah antar surat-surat. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengetahui pemisah (di antara) surat, hingga turun (kepada beliau), “Bismillahir Rahmanir Rahim.” (HR. Abu Dawud : 788)


🔹Diantara dalil yang menegaskan bahwa basmalah bukan termasuk bagian dari surat Al-Fatihah adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda;
Allah  berfirman, “Aku membagi Ash-Shalah (Al-Fatihah) menjadi dua bagian, untuk-Ku dan untuk hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Jika seorang hamba mengucapkan, “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (maka) Allah  berfirman, “Hamba-ku telah memuji-Ku.” Jika seorang hamba mengucapkan, “Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (maka) Allah  berfirman, “Hamba-ku telah menyanjung-Ku.” Jika seorang hamba mengucapkan, “Yang menguasai di Hari Pembalasan.” (maka) Allah berfirman, “Hamba-ku telah memuliakan-Ku dan terkadang Allah  berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan segala urusannya kepada-Ku.” Jika seorang hamba mengucapkan, “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (maka) Allah  berfirman, “Ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.” Jika seorang hamba mengucapkan, “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan(nya) orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalannya) orang-orang yang dimurkai dan bukan (jalannya) orang-orang yang sesat.” (maka) Allah  berfirman, “Ini adalah bagi hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.”
(HR. Muslim Juz 1 : 395.)
🔹Tiga ayat pertama untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tiga ayat terakhir untuk hamba. Adapun ayat, “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” menjadi ayat yang dibagi dua; untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk hamba. Jika basmalah masuk dalam bagian Surat Al-Fatihah, maka permbagiannya menjadi tidak sepadan.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
🔸“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.”

🔹Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin,” merupakan awal dari surat Al-Fatihah dan akhir dari doa para hamba pada Hari Kiamat kelak.  (Syarhul Ma’ani, 1/91.)
🔹Makna ayat, “Segala puji bagi Allah, Robb semesta alam” adalah menunjukkan rasa syukur yang dipanjatkan kepada Allah  atas segala karunia yang tidak terhitung jumlahnya, dengan disiapkannya segala sarana dan prasarana secara baik oleh Allah , agar para hamba dapat melakukan ketaatan kepada-Nya. Bahkan Allah  juga telah membuka pintu rizki secara luas di dunia, Allah  juga telah memberikan peringatan dan seruan yang akan menggiring hamba-Nya menuju ke dalam Surga. (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, 1/21.)
🔹Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin;
 “(Al-Hamdu artinya adalah) pujian (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) atas segala kebaikan yang dilakukan oleh-Nya, dengan disertai pengagungan dan pemuliaan. (Syarhu Nukhbatul Fikar, 2.)

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
🔸“Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

🔹Kata Ar-Rohman dan Ar-Rohim termasuk Asma’ul Husna yang diambil dari kata Rahmat yang artinya kasih sayang. Ar-Rohman maknanya Allah memiliki kasih sayang kepada seluruh makhluk-Nya ketika di dunia. Sedangkan Ar-Rohim maknanya adalah Allah memiliki kasih sayang kepada orang-orang yang beriman ketika di akhirat.
🔹Berkata Syaikh Amin Asy-Syinqithi Rohimahulloh:
“Kata Ar-Rohman lebih luas daripada kata Ar-Rohim. Karena Ar-Rohman artinya adalah yang memiliki kasih sayang yang mencakup seluruh makhluk di dunia dan bagi orang-orang yang beriman di Akhirat. Adapun ArRahim artinya adalah yang memiliki kasih sayang kepada orang yang beriman pada Hari Kiamat.” (Adhwaul Bayan, 1/40.)
🔹Rahmat Allah pada Hari Kiamat sangat luas yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RodhiyAllahu'anhu, dari Nabi ShollAllahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda;
"Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat. Dia menurunkan satu rahmat-Nya kepada jin, manusia, binatang ternak, dan binatang buas. Dengan satu rahmat tersebut mereka saling mencintai, dengan satu rahmat tersebut mereka saling berkasih sayang, dan dengan satu rahmat tersebut binatang buas mengasihi anaknya. Allah mengakhirkan sembilan puluh sembilan rahmat (yang lainnya) untuk merahmati para hamba-Nya (yang beriman) pada Hari Kiamat." (HR. Muslim Juz 4 : 2752.)

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
🔸 “Yang menguasai Yaumud din.”

🔹Maknanya adalah; yang menguasai Hari Perhitungan dan Hari Pembalasan, yang seorang tidak mampu menolong orang lain sedikit pun dan semua urusan dalam kekuasaan Allah . Hal ini sebagaimana ditafsirkan oleh firman Allah dalam Qur'an Surat Al-Infithor ayat 17–19:
"Tahukah engkau apakah Yaumud din itu? Kemudian tahukah engkau apakah Yaumud din itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak mampu menolong orang lain sedikit pun. Dan semua urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah."
🔹Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir Rohimahulloh:
“Hari Pembalasan adalah hari perhitungan bagi para makhluk. Hari itu merupakan Hari Kiamat yang para makhluk akan dibalasan (sesuai) dengan amalan mereka. Jika amalannya (ketika di dunia) baik, maka baik pula (balasan yang akan diterimanya). (Namun) jika amalannya (ketika di dunia) buruk, maka buruk pula (balasan yang akan diterimanya). Kecuali bagi siapa saja yang dimaafkan (oleh Allah ). (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, 1/24.)
🔹Para ulama’ menyebutkan bahwa tiga ayat pertama Surat Al-Fatihah mengandung tiga rukun ibadah, yaitu; mahabbah (cinta), roja’ (harapan), dan khouf (takut). Mahabbah terdapat pada ayat, “Segala puji bagi Allah Robb semesta alam.” Roja’ terdapat pada ayat, “Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” dan khauf terdapat pada ayat, “Yang menguasai di Hari Pembalasan. (Syarhul Ubudiyah, 139.)

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
🔸 “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
🔹 Makna kalimat, “Hanya kepada-Mu kami beribadah,” adalah hanya kepada-Mu kami bertauhid, hanya kepada-Mu kami takut, hanya kepada-Mu kami berharap, dan tidak kepada selain-Mu. (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, 1/215).
🔹 Makna kalimat, “hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” adalah bahwa ibadah akan menjadi sempurna jika dengan pertolongan, taufiq, dan izin dari Allah. (Ruhul Ma’ani, 1/121).
🔹 Definisi ibadah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 'Rohimahulloh' adalah “Ungkapan yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin.” (Al-'Ubudiyah, 19.)


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
🔸“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.”

🔹 Maknanya adalah; berikanlah bimbingan kepada kami jalan yang lurus. (Zadul Masir, 1/14.)
🔹Ash-Shirath Al-Mustaqim (jalan yang lurus) pada ayat ini maksudnya adalah Islam. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda;
Allah memberikan perumpamaan jalan yang lurus yang kiri dan kanannya ada dua pagar, pada pagar tersebut terdapat pintu-pintu yang terbuka. Di atas pintu terdapat tirai yang terulur. Lalu ada penyeru yang memanggil di gerbang jalan yang berkata, “Wahai sekalian manusia, masuklah ke dalam jalan yang lurus dan janganlah kalian meninggalkannya. Dan penyeru yang lain yang berada di atas jalan. Jika seorang ingin membuka tirai dari pintu-pintu tersebut, maka ia berkata, “Wahai engkau, janganlah engkau membukanya. Karena jika engkau membukanya, niscaya engkau akan masuk ke dalamnya. Jalan yang lurus tersebut adalah Islam, dua pagar tersebut tersebut adalah hukum-hukum Allah, pintu-pintu yang terbuka tersebut adalah larangan Allah, penyeru yang yang berada di gerbang jalan tersebut adalah Kitabullah, sedangkan penyeru yang berada di atas jalan adalah peringatan Allah yang ada di dalam hati setiap muslim." (HR. Ahmad, Tirmidzi Juz 5 : 2859, Hakim Juz 1 : 245.)
🔹Seorang yang telah memeluk agama Islam masih tetap membutuhkan petunjuk. Karena petunjuk (hidayah) terbagi menjadi dua, yaitu; hidayah kepada Islam dan hidayah di dalam Islam. Berkata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di:
“Tunjukkanlah kami kepada Shiroth dan tunjukkanlah kami di dalam Shiroth. Hidayah kepada Shiroth adalah memilih agama Islam dan meninggalkan agama-agama selainnya. Sedangkan hidayah di dalam Shiroth mencakup semua perkara agama, baik secara keilmuan maupun secara amalan.”  (Taisirul Karimir Rahman, 39.)
🔹 Shiroth yang dimaksudkan pada ayat ini berbeda dengan Shiroth yang ada pada Hari Kiamat. Sifat Shiroth pada Hari Kiamat disebutkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri:
Telah sampai kepadaku bahwa shirath tersebut lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang.(HR. Muslim Juz 1 : 183.)
🔹 Namun shiroth yang disebutkan pada Surat AlFatihah ini berkaitan dengan shiroth pada Hari Kiamat. Karena iman dan amal shalih di dunia adalah Ash-Shiroth Al-Mustaqim (jalan yang lurus). Allah memerintahkan setiap hamba untuk menapaki dan beristiqamah di atasnya. Dia juga memerintahkan kaum muslimin agar memohon hidayah (petunjuk) untuk dapat menapaki AshShiroth Al-Mustaqim tersebut. Barangsiapa yang di dunia selalu istiqamah dalam menapaki Ash-Shiroth AlMustaqim secara lahir dan batin, maka ia akan istiqamah (teguh) pula ketika berjalan di atas shirath yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam. (At-Takhwir minan Nar, 244.)

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
🔸  “Bukan (jalannya) orang-orang yang dimurkai dan bukan (jalannya) orang-orang yang sesat.

🔹 Maknanya adalah; bukan jalannya orang-orang yahudi dan bukan jalannya orang-orang nashrani.
🔹 Para mufassirin (ulama’ ahli tafsir) telah bersepakat bahwa yang dimaksud dengan, “orang-orang yang dimurkai,” adalah orang-orang yahudi dan yang dimaksud dengan, “orang-orang yang sesat,” adalah nashrani. (Al-Ijma’ fit Tafsir, 141.)
🔹 Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim, dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda; “yahudi adalah orang-orang yang dimurkai, sedangkan nashrani adalah orang-orang yang sesat. (HR. Tirmidzi Juz 5 : 2954.)
🔹 Orang yahudi telah kehilangan amal, sedangkan orang nashrani telah kehilangan ilmu. Oleh karena itulah kemurkaan diberikan kepada orang-orang yahudi dan kesesatan disandangkan kepada orang-orang nashrani. Sehingga barangsiapa yang berilmu tetapi tidak beramal, maka ia menyerupai orang-orang yahudi. Dan barangsiapa yang beramal tetapi tidak berilmu, maka ia menyerupai orang-orang nashrani.
🔹 Berkata Sufyan bin Uyyainah Rohimahulloh; “Barangsiapa yang kalangan ulama’(nya) rusak, maka ia menyerupai orang-orang yahudi. Dan barangsiapa yang kalangan ahli ibadah(nya) yang rusak, maka ia menyerupai orang-orang nasrani. (Al-Fatawa Al-Kubra, 2/142.)

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments

About

Silahkan disebarluaskan untuk meraih pahala dakwah. Diberdayakan oleh Blogger.
Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Instagram posts

Tentang Blog ini

Entri Populer