🔸“Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.”
🔹Para ulama’ menjelaskan bahwa basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) yang diturunkan pada awal setiap surat adalah untuk menunjukkan
kepada para hamba bahwa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat
tersebut adalah kebenaran, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjamin akan
memberikan segala janji dan kebaikan yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala sampaikan
di dalam surat tersebut. (Al-Jami’
li Ahkamil Qur’an, 1/113.)
🔹Basmalah termasuk ayat dari Al-Qur’an, namun basmalah bukan termasuk bagian dari surat Al-Fatihah. (Tafsirul Qur’anil Karim: Juz ‘Amma,
10.)
🔹Basmalah diturunkan sebagai pemisah antar surat-surat. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;
“Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengetahui pemisah (di antara) surat, hingga
turun (kepada beliau), “Bismillahir Rahmanir Rahim.” (HR. Abu Dawud : 788)
🔹Diantara dalil yang menegaskan bahwa basmalah bukan
termasuk bagian dari surat Al-Fatihah adalah
hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda;
“Allah berfirman, “Aku
membagi Ash-Shalah (Al-Fatihah) menjadi dua bagian, untuk-Ku dan untuk
hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Jika seorang hamba mengucapkan,
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (maka) Allah berfirman, “Hamba-ku telah memuji-Ku.” Jika
seorang hamba mengucapkan, “Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (maka) Allah berfirman, “Hamba-ku telah menyanjung-Ku.”
Jika seorang hamba mengucapkan, “Yang menguasai di Hari Pembalasan.” (maka)
Allah berfirman, “Hamba-ku telah memuliakan-Ku dan terkadang Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan segala
urusannya kepada-Ku.” Jika seorang hamba mengucapkan, “Hanya kepada-Mu kami
beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (maka) Allah berfirman, “Ini adalah antara Aku dengan
hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.” Jika seorang hamba
mengucapkan, “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan(nya)
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalannya)
orang-orang yang dimurkai dan bukan (jalannya) orang-orang yang sesat.” (maka) Allah berfirman, “Ini adalah bagi hamba-Ku, dan
bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.”
(HR.
Muslim Juz 1 : 395.)
🔹Tiga ayat pertama untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
tiga ayat terakhir untuk hamba. Adapun ayat, “Hanya kepada-Mu kami
beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” menjadi ayat yang
dibagi dua; untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk hamba. Jika basmalah masuk
dalam bagian Surat Al-Fatihah, maka
permbagiannya menjadi tidak sepadan.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
🔸“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam.”
🔹“Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin,” merupakan
awal dari surat Al-Fatihah dan akhir dari doa para hamba pada Hari Kiamat
kelak. (Syarhul
Ma’ani, 1/91.)
🔹Makna ayat, “Segala puji bagi Allah, Robb
semesta alam” adalah menunjukkan rasa syukur yang dipanjatkan kepada Allah atas segala karunia yang tidak terhitung
jumlahnya, dengan disiapkannya segala sarana dan prasarana secara baik oleh Allah
, agar para hamba dapat melakukan ketaatan kepada-Nya. Bahkan Allah juga telah membuka pintu rizki secara luas di
dunia, Allah juga telah memberikan
peringatan dan seruan yang akan menggiring hamba-Nya menuju ke dalam Surga. (Tafsirul
Qur’anil ‘Azhim, 1/21.)
🔹Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin;
“(Al-Hamdu
artinya adalah) pujian (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) atas segala
kebaikan yang dilakukan oleh-Nya, dengan disertai pengagungan dan pemuliaan. (Syarhu
Nukhbatul Fikar, 2.)
الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
🔸“Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.”
🔹Kata Ar-Rohman dan Ar-Rohim termasuk
Asma’ul Husna yang diambil dari kata Rahmat yang artinya kasih sayang.
Ar-Rohman maknanya Allah memiliki kasih sayang kepada seluruh makhluk-Nya
ketika di dunia. Sedangkan Ar-Rohim maknanya adalah Allah memiliki kasih sayang
kepada orang-orang yang beriman ketika di akhirat.
🔹Berkata
Syaikh Amin Asy-Syinqithi Rohimahulloh:
“Kata Ar-Rohman lebih luas daripada kata
Ar-Rohim. Karena Ar-Rohman artinya adalah yang memiliki kasih sayang yang
mencakup seluruh makhluk di dunia dan bagi orang-orang yang beriman di Akhirat.
Adapun ArRahim artinya adalah yang memiliki kasih sayang kepada orang yang
beriman pada Hari Kiamat.” (Adhwaul Bayan, 1/40.)
🔹Rahmat Allah
pada Hari Kiamat sangat luas yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RodhiyAllahu'anhu, dari Nabi ShollAllahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda;
"Sesungguhnya Allah memiliki seratus
rahmat. Dia menurunkan satu rahmat-Nya kepada jin, manusia, binatang ternak,
dan binatang buas. Dengan satu rahmat tersebut mereka saling mencintai, dengan
satu rahmat tersebut mereka saling berkasih sayang, dan dengan satu rahmat
tersebut binatang buas mengasihi anaknya. Allah mengakhirkan sembilan puluh
sembilan rahmat (yang lainnya) untuk merahmati para hamba-Nya (yang beriman)
pada Hari Kiamat." (HR. Muslim Juz 4 : 2752.)
مَالِكِ يَوْمِ
الدِّينِ
🔸 “Yang
menguasai Yaumud din.”
🔹Maknanya adalah; yang menguasai Hari
Perhitungan dan Hari Pembalasan, yang seorang tidak mampu menolong orang lain
sedikit pun dan semua urusan dalam kekuasaan Allah . Hal ini sebagaimana ditafsirkan oleh firman
Allah dalam Qur'an Surat Al-Infithor ayat 17–19:
"Tahukah engkau apakah Yaumud din itu?
Kemudian tahukah engkau apakah Yaumud din itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang
tidak mampu menolong orang lain sedikit pun. Dan semua urusan pada hari itu
dalam kekuasaan Allah."
🔹Berkata
Al-Hafizh Ibnu Katsir Rohimahulloh:
“Hari Pembalasan adalah hari perhitungan
bagi para makhluk. Hari itu merupakan Hari Kiamat yang para makhluk akan
dibalasan (sesuai) dengan amalan mereka. Jika amalannya (ketika di dunia) baik,
maka baik pula (balasan yang akan diterimanya). (Namun) jika amalannya (ketika
di dunia) buruk, maka buruk pula (balasan yang akan diterimanya). Kecuali bagi
siapa saja yang dimaafkan (oleh Allah ). (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim,
1/24.)
🔹Para ulama’ menyebutkan bahwa tiga ayat
pertama Surat Al-Fatihah mengandung tiga rukun ibadah, yaitu; mahabbah (cinta),
roja’ (harapan), dan khouf (takut). Mahabbah terdapat pada ayat, “Segala puji
bagi Allah Robb semesta alam.” Roja’ terdapat pada ayat, “Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang.” dan khauf terdapat pada ayat, “Yang menguasai di Hari
Pembalasan. (Syarhul Ubudiyah, 139.)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
🔸 “Hanya
kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
🔹 Makna
kalimat, “Hanya kepada-Mu kami beribadah,” adalah hanya kepada-Mu kami
bertauhid, hanya kepada-Mu kami takut, hanya kepada-Mu kami berharap, dan tidak
kepada selain-Mu. (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, 1/215).
🔹 Makna
kalimat, “hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” adalah bahwa ibadah akan
menjadi sempurna jika dengan pertolongan, taufiq, dan izin dari Allah. (Ruhul
Ma’ani, 1/121).
🔹 Definisi
ibadah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 'Rohimahulloh' adalah “Ungkapan
yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin.” (Al-'Ubudiyah,
19.)
اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ
🔸“Tunjukkanlah
kami jalan yang lurus.”
🔹 Maknanya adalah; berikanlah bimbingan
kepada kami jalan yang lurus. (Zadul Masir, 1/14.)
🔹Ash-Shirath
Al-Mustaqim (jalan yang lurus) pada ayat ini maksudnya adalah Islam. Hal ini
sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an, dari Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda;
“Allah memberikan perumpamaan jalan yang lurus
yang kiri dan kanannya ada dua pagar, pada pagar tersebut terdapat pintu-pintu
yang terbuka. Di atas pintu terdapat tirai yang terulur. Lalu ada penyeru yang
memanggil di gerbang jalan yang berkata, “Wahai sekalian manusia, masuklah ke
dalam jalan yang lurus dan janganlah kalian meninggalkannya. Dan penyeru yang
lain yang berada di atas jalan. Jika seorang ingin membuka tirai dari
pintu-pintu tersebut, maka ia berkata, “Wahai engkau, janganlah engkau
membukanya. Karena jika engkau membukanya, niscaya engkau akan masuk ke
dalamnya. Jalan yang lurus tersebut adalah Islam, dua pagar tersebut tersebut
adalah hukum-hukum Allah, pintu-pintu yang terbuka tersebut adalah larangan Allah,
penyeru yang yang berada di gerbang jalan tersebut adalah Kitabullah, sedangkan
penyeru yang berada di atas jalan adalah peringatan Allah yang ada di dalam hati
setiap muslim." (HR. Ahmad, Tirmidzi Juz 5 : 2859, Hakim Juz 1 : 245.)
🔹Seorang yang
telah memeluk agama Islam masih tetap membutuhkan petunjuk. Karena petunjuk
(hidayah) terbagi menjadi dua, yaitu; hidayah kepada Islam dan hidayah di dalam
Islam. Berkata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di:
“Tunjukkanlah kami kepada Shiroth dan
tunjukkanlah kami di dalam Shiroth. Hidayah kepada Shiroth adalah memilih agama
Islam dan meninggalkan agama-agama selainnya. Sedangkan hidayah di dalam
Shiroth mencakup semua perkara agama, baik secara keilmuan maupun secara
amalan.” (Taisirul Karimir Rahman, 39.)
🔹 Shiroth
yang dimaksudkan pada ayat ini berbeda dengan Shiroth yang ada pada Hari
Kiamat. Sifat Shiroth pada Hari Kiamat disebutkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri:
“Telah sampai kepadaku bahwa shirath
tersebut lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR. Muslim Juz
1 : 183.)
🔹 Namun
shiroth yang disebutkan pada Surat AlFatihah ini berkaitan dengan shiroth pada
Hari Kiamat. Karena iman dan amal shalih di dunia adalah Ash-Shiroth
Al-Mustaqim (jalan yang lurus). Allah memerintahkan setiap hamba untuk menapaki
dan beristiqamah di atasnya. Dia juga memerintahkan kaum muslimin agar memohon
hidayah (petunjuk) untuk dapat menapaki AshShiroth Al-Mustaqim tersebut.
Barangsiapa yang di dunia selalu istiqamah dalam menapaki Ash-Shiroth
AlMustaqim secara lahir dan batin, maka ia akan istiqamah (teguh) pula ketika
berjalan di atas shirath yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam. (At-Takhwir
minan Nar, 244.)
صِرَاطَ الَّذِينَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
🔸 “Bukan (jalannya) orang-orang yang dimurkai
dan bukan (jalannya) orang-orang yang sesat.”
🔹 Maknanya adalah; bukan jalannya orang-orang
yahudi dan bukan jalannya orang-orang nashrani.
🔹 Para
mufassirin (ulama’ ahli tafsir) telah bersepakat bahwa yang dimaksud dengan,
“orang-orang yang dimurkai,” adalah orang-orang yahudi dan yang dimaksud
dengan, “orang-orang yang sesat,” adalah nashrani. (Al-Ijma’ fit Tafsir, 141.)
🔹 Dijelaskan
dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim, dari Nabi Shollallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda; “yahudi adalah orang-orang yang dimurkai,
sedangkan nashrani adalah orang-orang yang sesat. (HR. Tirmidzi Juz 5 : 2954.)
🔹 Orang
yahudi telah kehilangan amal, sedangkan orang nashrani telah kehilangan ilmu.
Oleh karena itulah kemurkaan diberikan kepada orang-orang yahudi dan kesesatan
disandangkan kepada orang-orang nashrani. Sehingga barangsiapa yang berilmu
tetapi tidak beramal, maka ia menyerupai orang-orang yahudi. Dan barangsiapa
yang beramal tetapi tidak berilmu, maka ia menyerupai orang-orang nashrani.
🔹 Berkata
Sufyan bin Uyyainah Rohimahulloh; “Barangsiapa yang kalangan ulama’(nya) rusak,
maka ia menyerupai orang-orang yahudi. Dan barangsiapa yang kalangan ahli
ibadah(nya) yang rusak, maka ia menyerupai orang-orang nasrani. (Al-Fatawa
Al-Kubra, 2/142.)
April 04, 2017
Tags :
Al-Fatihah
,
Tafsir
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments